Akhir-akhir ini Jakarta makin tambah macet dimana-mana. Kemacetan-kemacetan ini menimbulkan tumpukan stres pada para warganya, termasuk aku yang memang sebal sekali kalau harus terjebak kemacetan. Mana sekarang jumlah pengendara motor semakin banyak dan cara mereka mengendarai sudah tidak ada aturannya lagi. Mereka selalu mau mendahului kendaraan di depannya, tanpa mau tahu kenapa kendaraan tersebut melambat atau berhenti. Dan ini juga dilakukan di tikungan jalan. Setiap hari aku melewati jalan Bangka Raya dan jalan di Kemang yang sempit dan sudah sering aku mengeluarkan omelan pada para pengemudi motor yang karena berusaha mendahului kendaraan di depannya, mengambil jalur jalanku, bahkan di tikungan jalan sekalipun. Selip mobil dari kiri kanan tanpa melihat bahayanya untuk pengendara lain. Pernah waktu aku kena macet dan disebelah kiri mobilku ada motor yang berhenti eee..tiba-tiba dari belakang motor yang berhenti itu ditabrak oleh pengendara motor lainnya. Gilanya setelah yang nabrak motor itu bangun dari jatuhnya dia langsung kabur..Ih...gemesss aku.
Melanggar marka jalan apalagi, itu hal sepertinya menjadi lumrah sekali buat pengendara motor. Sebagian besar pengemudi motor malah kelihatan sama sekali tidak tahu aturan lalu lintas misalnya mengendarai motor dengan melawan arus jalan yang jelas-jelas dilarang. Seandainya mereka terserempet atau tertabrak olehku, pastilah aku sebagai pengemudi mobil yang disalahkan. Padahal mereka yang tidak tahu aturan dan tidak bisa membaca marka jalan - sehingga tanda larangan untuk satu arah saja, yang sebenarnya tidak boleh dilewati 2 arah, mereka terjang saja.
Perempatan jalan yang macet sering jadi saksi betapa tidak disiplinnya pengguna jalan di Jakarta. Aku perhatikan juga dilampu merah sering motor yang nyelonong saja walaupun jelas lampunya merah. Sampai anakku yang kecil bilang, wah dia punya pabrik nyawa saking si pengendara motor itu membahayakan dirinya waktu di jalanan atau dia bilang juga yang naik motor melanggar lampu merah berarti buta warna.
Jelas yang sebenarnya lebih sering membuatku marah adalah minimnya disiplin dan toleransi yang diperlihatkan para pengguna jalan.
Itu baru mengenai masalah disiplin, belum masalah toleransi antara pengguna jalan. Kalau ada dua jalur yang bergabung menjadi satu, pasti terjadi rebutan dan mobil-mobil harus saling mendesak supaya mendapatkan jalan. Jarang sekali ada yang rela untuk memberikan jalur dan seandainya jalur sudah diberikan kendaraan-kendaraan yang mendapatkan kesempatan juga jarang membalas kebaikan hati itu dengan bergiliran memberikan jalan satu per satu. Kalo aku keluar kompleks rumah kesiangan biasanya depan kompleks sudah ada antrian panjang karena dekat kompleks rumahku ada lampu merah (perempatan jalan). Dan aku harus selalu membuka jendela mobil sambil tanganku melambai untuk minta masuk ke antrian. Kalo tidak buka jendela jangan harap deh aku dapat masuk ke antrian tersebut. Padahal saat itu kendaraan yang keluar dari komplek rumahku paling ada 1 mobil lain selain mobilku. Lain sekali dengan lalu lintas di negara-negara Eropa yang sudah pernah aku kunjungi seperti Inggris, Swedia atau Swiss. Di sana apabila ada dua jalur yang bergabung menjadi satu, kendaraan-kendaraan bergantian memasuki jalur di depan, satu dari kiri kemudian satu dari kanan dan seterusnya. Jarang sekali ada yang menyerobot dan tidak mau memberi jalan. Padahal orang Indonesia ini terkenal sebagai bangsa yang katanya ramah dan penuh toleransi. Nyatanya rasa toleransi itu tidak tampak sama sekali di jalan!
Sampai-sampai salah satu temanku yang orang Canada bilang, "orang Indonesia baik & ramah, tapi beberapa orang yang saya lihat begitu masuk ke mobil dia menjadi seperti harimau yang siap menerkam siapa saja. Orang menjadi sombong begitu masuk mobil". Maluuuu deh aku dengar komentarnya.
Satu hal lagi tentang toleransi yang nyata-nyata tampak di negara-negara Eropa itu tapi tidak tampak di sini: toleransi pada para penyeberang jalan yang menyeberang di zebra cross. Di Eropa, begitu pejalan kaki kelihatan mendekati zone penyeberangan jalan yang seperti punggung zebra itu, kendaraan segera melambat dan berhenti untuk memberikan waktu kepada pejalan kaki untuk lewat, walaupun tidak ada lampu lalu lintas yang menyatakan mereka harus berhenti. Sedangkan di sini apa yang terjadi?
Waktu aku nyeberang di zebra cross di Lucerne sambil lari dan anakku berkomentar, tenang bu, disini yang nyetir baik-baik ngga seperti di Jakarta. Kalau di Jakarta pejalan kaki menyeberang di zebra cross yang memang disediakan untuk penyeberang, mobil-mobil tidak mau berhenti, malah sibuk membunyikan klakson agar penyeberang jalan cepat menyingkir! Ngga disangkal juga sih, penyeberang jalan di Jakarta sering tidak disiplin, sudah disediakan jembatan penyeberangan masih memilih untuk menyeberang di bawahnya sembari menerobos pagar pembatas jalan seperti di jalan HR Rasuna Said-Kuningan. Jadi dua-duanya sama parahnya, pengemudi yang tidak bertoleransi dan pejalan kaki yang tidak patuh aturan.
"Tapi, kalau kita memberikan jalan pada mereka, mereka tidak mau gantian memberikan jalan pada kita sih!" Itu alasan yang sering kudengar kalau kutanyakan kepada supir kantor atau teman yang menyetir mobil mengapa mereka tidak mau memberikan jalan kepada kendaraan lain.
Coba ya, pemda DKI bisa pasang lampu penyeberangan jalan dengan tombol yang ditekan seperti aku temui di Singapore di jalan yang sibuk. Dan lampu itu pake timer jadi orang cepat jalannya waktu nyeberang. Contohnya di depan mal Ambassador itu orang nyeberang jalan ngga ada berhentinya dan yang nyeberang jalan juga jadi seenaknya.
Lalu melanggar rambu-rambu kecepatan maksimum juga hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan. Contohnya sewaktu aku melewati jalan tol Cipularang (Cikampek - Padalarang). Dari arah Bandung menuju Cikampek di km 95-91 yang katanya angker jalanan menurun sekali. Dan banyak yang melanggar kecepatan padahal tertulis max kecepatan 80 km/jam. Bayangkan jalan menurun dengan kecepatan 80 km/jam saja mobil sudah meluncur dengan cepat. Dan akhirnya banyak kecelakaan disekitar kilometer tersebut karena banyak yang over speed dan konyolnya kecelakaan karena menabrak dari arah belakang dan ngga bisa nguasai kendaraan. Mau dibilang angker lha ngeliat banyak yang ngebut di jalanan yang menukik tajam gitu ya jelas jadi banyak kecelakaan. Jadi angker atau karena pengendara yang over speed?
Menurutku berantakannya lalu lintas Jakarta selain karena terlalu banyaknya kendaraan dibanding panjang jalan yang ada, juga karena masalah ketidakdisiplinan pengguna jalan dan minimnya toleransi antar pengguna jalan. Di negara-negara Eropa yang pernah kukunjungi juga ada kemacetan. Tapi bedanya, antrian kendaraan itu rapi dan teratur, yang dua jalur tetap dua jalur, yang tiga tetap tiga. Tidak ada kendaraan berusaha menyelip menciptakan jalur baru dan tidak ada yang menggunakan bahu jalan. Tidak ada saling berebut dan semua bergantian memberikan jalan.
Jadi apa yang menyebabkan keadaan lalu lintas seperti itu tidak pernah terlihat di Jakarta? Orang yang sadar masalah disiplin masih sedikit. Hukum di Indonesia hanya jadi permainan sandiwara, sehingga orang tidak pernah menganggap pelanggaran lalu lintas adalah sesuatu yang serius. Seandainya ditilang polisi kita bisa bebas dengan membayar, baik membayar polisi langsung maupun menyogok 'pemain' di pengadilan. Ditilang polisi kalo ngga mau nyogok dan pada saat mau hadir di pengadilan sidangnya ditunda-tunda terus. Jadi bereskan mengenai "Hukum" dulu, benahi mengenai Hukum yang ada dengan perubahan jaman. Jangan mau hanya ngekor hukum peninggalan penjajah. Orang Indonesia yang pandai itu banyakkkk...
2 comments:
woaaaaah bener mbak, aku kalow mudik sutris banged ngeliat jalanan sampe aku skarang gag brani lagi nyupir di sono...
trus dulu waktu maya adekku ke sini, kita nyupir berdua *deeja belon lahir*, trus aku mo pindah jalur, dan dikasih ama mobil di jalur laen.. trus abis pindah jalur an udah kebiasan aku dadahin pake tangan kiri *si mobil blakang apsti kliatan secara mobil di sini kan kacanya terang semua*..
si maya langsung komen, baek bener ya orang-orang di sini.. coba di jakarta, walah pindah jalur harus resiko kesrempet... dan bener mbak, biasanya yang bermobil itu di pihak yang kalah kalow ada kecelakaan... pasti disalahin... trus kalow yang ketabrak kesrempet dikit doank, ganti ruginya mentanya gede banged...
enaknya di sini kalow macet gag terlalu stress karna orang gag maen klakson.. :D
videonya deeja gag bisa direlease mbak... takut ntar streamingnya makan bandwidth :D
hi hi hi dah nyaris 2 tahun ga ngalamin esmosi di tengah jalan es. mudah2an klo mudiks ga bengong dan mlongo, melainkan langsung bisa breaksi sebagaimana mustinya :)
soal disiplin menyebrang. disini slagi nyebrang ditempat yg disediakan mesti deh pengandara mobil baik hati ngasih jalan. but jangan harap mreka sebaik ini klo yg nyebrang ngawur nyebrang di sembarang tempat. yg ada triakan *idiotttt!*
+++ tika
Post a Comment